Vaksin menjadi salah satu upaya untuk melawan pandemi COVID-19 yang masih melanda. Sayangnya, tak dapat dipungkiri bahwa seiring berjalannya program vaksinasi, informasi menyesatkan atau hoaks seputar vaksin kerap bermunculan di media sosial. Melansir dari laman Kominfo, hingga Jumat (13/8/2021) telah ditemukan hoaks yang tersebar di berbagai media sosial dengan sebarannya yang mencapai 1.979.

Kondisi ini tidak dapat dibiarkan, karena dapat menghambat program vaksinasi. Oleh sebab itu, ada baiknya untuk mengetahui fakta terkait beberapa hoaks vaksin COVID-19 yang kerap bermunculan.

1. Hoaks Vaksin: Menimbulkan Infeksi COVID-19

Mengutip pernyataan RA. Adaninggar Primadia Nariswari, dokter spesialis penyakit dalam di RS Brawijaya Surabaya pada Senin (22/2/2021) , vaksin seharusnya tidak menimbulkan penyakit. Pasalnya, vaksin terdiri dari beberapa komponen virus yang dimatikan, sehingga bila seseorang terkena COVID-19, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, antara lain:

Saat menerima vaksin, orang tersebut sudah terlebih dahulu tertular, hanya saja virus masih dalam masa inkubasi. Perlu diketahui bahwa masa inkubasi virus dalam tubuh adalah 2-14 hari setelah paparan virus. Bila masa inkubasi telah usai, virus masih dapat menginfeksi seseorang, meskipun ia sudah divaksin.

Orang tersebut tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik sehingga terinfeksi setelah vaksin COVID-19. 

“vaksinasi tidak dapat mencegah 100 persen penularan virus, tetapi vaksin digunakan untuk memperkuat imun sehingga saat virus masuk, infeksi tidak akan menjadi parah” ujanya. Artinya, vaksinasi tidak membuat seseorang kebal akan suatu penyakit tetapi mencegah munculnya gejala berat.  

2. Hoaks Vaksin: Dapat Mengubah DNA Seseorang

Informasi ini tidaklah benar, karena vaksin berisi virus yang sudah mati sehingga tidak dapat beroperasi apalagi masuk ke dalam sel. Memang ada jenis vaksin yang diproduksi menggunakan mRNA virus, tetapi kinerjanya tidak sampai menembus sel ini dan mengusik DNA pada tubuh. Adapun itu, vaksin hanya ada di sekitar sel, tidak sampai menembus masuk.

3. Hoaks Vaksin: Berisikan Microchip

Beberapa unggahan video hoaks terkait vaksin COVID-19 yang berisikan microchip banyak beredar di media sosial. Video tersebut menampilkan seseorang yang meletakkan koin uang di lengan bekas suntikan vaksinasi COVID-19 dan terlihat menempel. Seolah ingin membuktikan narasi bahwa vaksin COVID-19 mengandung mikrocip magnetis. Laporan tersebut tentunya adalah sebuah hoaks dan dapat menimbulkan misinformasi di masyarakat.

Melansir dari laman Sehat Negeriku Kemkes, ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, menjelaskan bahwa lubang jarum suntik sangatlah kecil dan tidak ada partikel magnetik yang dapat melewati jarum tersebut. “Vaksin berisi protein, garam, lipid, pelarut, dan tidak mengandung logam. Jadi perlu dijelaskan bahwa berita itu hoax,” katanya.

Lebih jauh lagi, Jubir Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi juga menjelaskan bahwa vaksin mengandung bahan aktif dan non aktif. Di mana bahan aktif berisikan antigen dan yang non aktif berisikan zat untuk menstabilkan serta menjaga kualitas vaksin agar masih baik saat disuntikan. Adapun, jumlah cairan yang disuntikan pada setiap dosis vaksin COVID-19 hanya 0,5 cc dan akan segera menyebar pada seluruh jaringan sekitar, sehingga tidak akan ada cairan yang tersisa.

“Sebuah logam dapat menempel di permukaan kulit yang lembab biasanya disebabkan oleh keringat. Pecahan uang logam seribu rupiah terbuat dari bahan nikel dan nikel bukanlah bahan yang bisa menempel karena daya magnet,” ucap dr. Siti Nadia Tarmizi.

4. Hoaks Vaksin: Vaksin COVID-19 Dapat Memengaruhi Kesuburan Wanita

Banyak laporan hoaks yang mengatakan bahwa protein spike pada lonjakan virus corona sama dengan spike protein lain yang disebut dengan syncytin-1. Spike protein syncytin tersebut diketahui terlibat dalam pertumbuhan dan perlekatan plasenta selama kehamilan. Laporan palsu tersebut mengatakan bahwa mendapatkan vaksinasi COVID-19 akan menyebabkan tubuh wanita melawan spike protein yang berbeda dan memengaruhi kesuburannya.

Menurut pakar di Johns Hopkins Medicine, faktanya vaksin COVID-19 tidak akan memengaruhi kesuburan. Hal yang benar adalah vaksin COVID-19 akan mendorong tubuh dalam membuat salinan spike protein yang ditemukan pada permukaan virus corona. Pembuatan salinan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang memiliki spike protein spesifik di dalamnya.

*sumber halodoc

Share: